Kokuhaku (Confessions) – Gray Zone of Revenge and Morality

kokuhaku-0

Akhirnya, setelah melihat review film ini di sini dan di sana, saya akhirnya memutuskan untuk mengunduh dan menonton film ini.

Dan ternyata mereka benar. Film ini sangat bagus dan berhasil membuat saya ber ‘eehh???’ ria selama menonton saking banyaknya twist di film ini dan membuat saya merinding selama beberapa menit setelah selesai menonton karena ending film yang benar-benar tidak terduga.

Film berawal dari adegan monolog singkat Moriguchi Yuko, wali kelas 1 B kepada murid-muridnya yang sedang meminum susu sampel dari suatu pabrik. Mereka tidak begitu memperhatikan monolog gurunya, tetapi kata-kata terakhir dari Moriguchi sensei,”Saya akan berhenti mengajar di akhir bulan ini” mendatangkan berbagai reaksi dari murid-muridnya, ada yang terkejut, ada yang senang sampai bersorak heboh.

Ketika acara akhir tahun dimulai di kelas-kelas, Moriguchi sensei memulai monolognya di depan kelas. Ia bercerita tentang anaknya, Minami, yang masih berusia 4 tahun, disusul oleh pengakuan bahwa anaknya tewas tenggelam di kolam renang sekolah. Dilanjutkan oleh pandangannya tentang hukum bagi anak-anak d bawah umur (Juvenile Law), yang menurutnya adalah pelindung pelaku kriminal remaja, meskipun yang dilakukannya adalah pembunuhan, seperti Lunacy incident. Pengakuan demi pengakuan terus terlontar, sampai akhirnya ia menyatakan bahwa anaknya tewas dbunuh oleh 2 orang siswa kelas 1B, yaitu siswa A dan siswa B. Walaupun tidak menyebutkan namanya, deskripsi yang diberikan oleh Moriguchi sensei sangat gamblang sehingga sangat mudah untuk menebak siapa pelaku pembunuhan itu. Siswa A yang pintar dan berambisi untuk melakukan sesuatu yang hebat supaya dilihat oleh dunia, dan siswa B yang biasa-biasa saja dan dimanjakan oleh ibunya. Lalu, Moriguchi sensei mengaku bahwa ia memasukkan darah yang mengandung HIV ke dalam susu yang diminum oleh kedua siswa tersebut. Pengakuan terakhir itu membuat seisi kelas gempar. Kemudian, Moriguchi sensei menutup monolognya dengan manis, berharap agar murid-muridnya melalui liburan musim semi dengan bahagia.

Dan rencana balas dendam Moriguchi dimulai… akankah berjalan seperti yang diharapkannya?

Sejauh ini, film ini adalah satu-satunya film yang berhasil membuat saya lost dan berpikir ulang setelah menontonnya. Saya berpikir, sebenarnya siapa sih yang salah di film ini? Namun jawabannya tidak saya temukan. Saya hanya menyayangkan kenapa pembunuhan Minami terjadi karena kalau itu tidak terjadi, maka tidak akan terjadi pembunuhan-pembunuhan selanjutnya. Mau menyalahkan siswa A yang berencana membunuh Minami, ia tidak berhasil melakukannya. Menyalahkan siswa B, ia hanya dipengaruhi oleh siswa A. Mau menyalahkan Moriguchi sensei, ia juga merasa kehilangan dengan kepergian Minami. Namun, yang paling saya sayangkan adalah tindakan balas dendam Moriguchi sensei, yang menurut saya sangat tidak etis. Walaupun tindakan kriminal yang dilakukan oleh siswa A dan siswa B juga tidak etis, tetapi bukankah sebaiknya Moriguchi sensei mencoba pendekatan lain?

Semua komposisi film ini pas, mulai dari skenario, pencahayaan yang suram, beberapa adegan slow-motion, musik latar yang sesuai dan memperkuat adegan, sinematografi, bahkan kemampuan akting para pemeran utama dan pemeran pendukung. Takako Matsu mampu memerankan Moriguchi Yuko yang dingin dan penuh dendam, begitu juga Yukito Nishii yang memerankan siswa A, Watanabe Shuuya,  Kaoru Fujiwara yang memerankan siswa B, Shimomura Naoki, dan Ai Hashimoto yang memerankan wakil kelas, Kitahara Mizuki. Mereka adalah tokoh-tokoh sentral dalam film ini dan mampu berperan sebagai orang-orang yang berwatak kompleks dan kontroversial. Setiap pengakuan dalam film ini membuat saya berada dalam zona abu-abu, antara rasa benci kepada kejahatan yang dilakukan oleh si tokoh dengan rasa iba karena si tokoh ingin dimengerti. Terutama Watanabe Shuuya yang memiliki pola pikir dan obsesi mengerikan, tetapi di sisi lain, ia kesepian dan merindukan kasih sayang ibunya.

Untungnya, saya termasuk pendukung moralitas seperti yang dinyatakan oleh Ando dalam blognya “ending yang memberikan duka pada pendukung moralitas” karena saya sangat menyayangkan kenapa Moriguchi sensei bertindak seperti itu :(.

Oya, film ini masuk semifinal Academy Award 2011 untuk kategori Film Berbahasa Asing Terbaik.

Saya merasa film ini memiliki pola yang hampir mirip dengan Novel Satin Merah (mirip bukan berarti meniru!) dan mungkin saya akan membahas novel tersebut di lain waktu.

Selamat menonton! Dan bersiap-siaplah dengan teror psikologis yang ditawarkan oleh film ini.

9 thoughts on “Kokuhaku (Confessions) – Gray Zone of Revenge and Morality

Add yours

  1. film yg menarik bgt, dendamnya berkelas kata ane mah…walow di sisi lain juga mempertanyakan entitas guru sbg pembimbing, apa iya sih tega mmbalas dgn cara sperti itu?
    *gara2 film ini jadi demen lagunya radiohead

    Like

      1. eniwe, agak spoiler…menurut kamu…apakah bom itu meledak beneran?
        atau cuma permainan psikologis yg dilakuin Moriguchi sensei buat bikin Shuya down?

        Like

      2. awalnya aku nggak kepikiran sampai ke sana lho, aku menganggap kalau moriguchi sensei itu emang mengebom tempat itu.
        tapi pas baca komen ini, kok aku merasa kemungkinan itu masuk akal ya? kalau si sensei nggak pengen mengotori tangannya, bisa jadi dia cuma menggunakan trik psikologis 😀

        Like

      3. itu maksud ane..coba deh, kan moriguchi juga nggak bner2 masukin darah HIV…seperti yg dia bilang ke si murid cewe..jdi ada kemungkinan juga yg di ending itu juga berlaku hal yg sama

        plus, klo dia emang segitu teganya..ngapain dia ngomong panjang lebar tentang arti hidup?hehe

        Like

  2. Ibu mana yg gak dndam kalo alasan kmatian anakny hnyalah krn pelaku ingin caper?!
    Mkanya ktka sang guru menang, gw pun teriak ‘YEAH, U LOSE, U SON OF A BITCH!!’

    Like

    1. beda persepsi kali, ya. kalau menurutku sih moriguchi sensei tetap aja seorang guru. kalau dia bisa membimbing shuuya dengan baik siapa tahu dia nggak caper seperti itu.
      terima kasih ya sudah berkomentar di sini 🙂

      Like

Leave a comment

Blog at WordPress.com.

Up ↑