(gambar dari http://greenglobal.web.id)
Bismillahirrahmaanirrahiim…
Perkenalkan, namaku obat. Aku sering dicari oleh manusia ketika mereka sakit atau merasa sakit (padahal sebenarnya mereka sehat-sehat saja). Mereka bisa mendapatkanku di berbagai tempat: di warung, di toko obat, di apotek, dan di rumah sakit. Supaya sembuh, manusia rela mengeluarkan uang berapa pun. Yah, mau bagaimana lagi, biaya penelitian, pengembangan, dan produksiku tidak murah. Di dunia ini, ‘kan, tidak ada yang gratis? Makan saja harus bayar….
Ketika sakit, manusia cenderung tidak sabar. Maunya setelah menelan obat, cesss, langsung sembuh. Kalau mereka tidak sembuh, maka yang mereka curigai pertama adalah orang apotek. Jangan-jangan orang apotek salah kasih obat. Orang berikutnya yang mereka curigai adalah dokter. Jangan-jangan dokternya salah tulis resep. Akan tetapi, mereka jarang menyalahkanku, karena mereka kira aku tidak paham apa-apa. Padahal, sebenarnya aku mengetahui lebih banyak hal dibanding mereka.
Satu hal yang manusia seringkali tidak paham adalah pekerjaanku. Ya, pekerjaanku. Sebenarnya, aku ini bukan sekadar makhluk aneh berbau tidak enak dan berasa pahit. Aku adalah musafir atau bahasa gaulnya traveler. Keren, ‘kan? Jarak yang kutempuh bervariasi, terkadang pendek, terkadang sedang-sedang saja, terkadang panjang. Seperti musafir dari bangsa manusia, aku juga kadang-kadang singgah di beberapa tempat sebelum sampai di tujuan. Nah, perjalananku inilah yang menentukan apakah manusia bisa sembuh setelah minum obat, atau butuh sekian jam, sekian hari, bahkan sekian bulan sebelum obat bisa memberikan efek yang mereka harapkan.
Sudah paham? Ah, sepertinya tidak. Aku yakin manusia yang membaca tulisanku ini masih tidak memahami maksudku. Memang tidak ada yang mau bisa memahamiku. Huhu, sedihnya….
*****
Oke, daripada kita membiarkan si obat menangis di sini, saya akan melanjutkan kisahnya. Kalau tidak dilanjutkan, dia mengancam akan ngambek dan tidak mau mengisi rubrik Pharmonday di blog ini. Maklum, dia sedang galau karena tidak dimengerti.
Seperti yang telah diceritakannya tadi, sebelum memberikan efek, obat harus melewati proses yang panjang. Seperti makanan, obat yang ditelan juga akan diproses di dalam sistem pencernaan.
- Dari mulut, kerongkongan, terus menuju lambung. Di lambung, obat akan pecah membentuk molekul-molekul kecil (liberasi).
- Molekul-molekul ini akan melanjutkan perjalanannya menuju usus halus. Di dalam usus halus, obat akan diserap (absorpsi) melalui pembululuh darah kapiler dan masuk ke dalam aliran darah.
- Di dalam darah, obat akan bergerak mengikuti arus. Sebelum mencapai tujuannya (bergantung pada mekanisme kerjanya), obat bisa saja singgah di organ/jaringan tertentu (distribusi).
- Nah, bila obat sudah sampai di tempat tujuannya/target aksinya, maka barulah obat tersebut bisa bekerja dan memberikan efek tertentu.
- Selanjutnya, obat akan melalui proses metabolisme, yang umumnya terjadi di hati. Tujuan proses metabolisme ini salah satunya adalah untuk mengubah senyawa obat menjadi senyawa yang bisa dikeluarkan dari dalam tubuh.
- Setelah dimetabolisme, maka senyawa hasil metabolisme (disebut juga metabolit) akan siap dikeluarkan dari dalam tubuh (ekskresi) melalui air seni (urin) atau tinja (feses).
Itu adalah perjalanan nasib obat di dalam tubuh, atau dalam ilmu farmasi dikenal dengan istilah farmakokinetik.
Perjalanan yang ditempuh oleh obat sangat bervariasi, bergantung pada rute pemberian obat (oral, intravena, subkutan, intramuskular), karakteristik senyawa obat (apakah bersifat asam atau basa; polar atau nonpolar), dan beberapa faktor lain. Penjelasan di atas hanya salah satu contoh, yang meskipun berlaku untuk banyak obat oral (obat makan), tetapi tidak bisa digeneralisasi.
Semoga tulisan pengantar ini bisa dipahami dan bermanfaat. Maaf kalau penjelasannya masih membingungkan. Bila ada pertanyaan, silakan ditanyakan di kolom komentar.
***
Oya, Pharmonday ini merupakan rubrik baru di blog ini. Isinya tulisan terkait obat-obatan dan seperti namanya, akan diperbaharui setiap Senin, insya Allah. Terinspirasi beberapa orang narablog yang juga membuat postingan khusus pada hari Senin, sih. Misalnya Mba Yo yang membuat postingan Music Monday :).
O gitu y??
*padahal masih ga paham
LikeLike
Yang mana yang nggak dipahami, Bang Dinar? Mungkin aku bisa coba jelaskan lagi 🙂
LikeLike
Ah sudahlah
Bukan kafaahnya
LikeLike
🙂
LikeLike
Hihi, ingat baca istilah farmakokinetik di mana, ternyata di brosur-brosur obat.
Seru, teruskan rubrikmu ini, Mbak :))
LikeLike
Makasih Bang Gara 🙂 iya, di brosur obat biasanya dijelaskan dengan lengkap :).
LikeLike
Mi, aku pernah denger klo obat dah lewat dari masa kadaluarsanya gpp tetap diminum, khasiatnya aja yg berkurang. Bener gak tuh?
LikeLike
Biasanya obat yang kadaluwarsa khasiatnya berkurang, Mba Mikan, karena zat aktifnya sudah terurai sebagian.
Tetapi seharusnya nggak diminum karena obat yang lewat masa kadaluwarsa, selain kadar zat aktifnya berkurang, juga bisa mengandung senyawa beracun hasil dari penguraian zat aktifnya.
Yang dibilang seperti itu, mungkin…senyawa beracunnya nggak ada atau kadarnya sangat kecil.
Kalau saranku, sih, lebih baik obat yang kadaluwarsa itu tidak diminum lagi 🙂 di apotek aja biasanya bebetapa bulan sebelum kadaluwarsa, obatnya sudah dikembalikan ke distributor, Mba, biar diganti dengan yang baru :).
LikeLiked by 2 people
Hahahaha itu dia temanku yang suka gembar-gembor gitu….aku sih ga berani. Thank you lhooo penerangannya.
LikeLike
Sama-sama, Mba Mikan 🙂
LikeLiked by 1 person
Kategori blog baru… semoga lancar nulisnya mbak. 🙂
LikeLike
Aamiin, terima kasih doanya, Mas 🙂
LikeLike
waah..keren! gak pernah kepikiran saya hahaha ternyata prosesnya panjang ya 🙂 Kalo saya maag akutnya kambuh suka ampe masuk IGD buat disuntik dan rasanya bener-bener langsung enakan, kilat banget! Kalo gitu berarti perjalanan obatnya lebih singkat ya kalo lewat suntikan?
LikeLiked by 1 person
Iya, Mba Nadia. Kalau disuntik langsung ke pembuluh darah vena (intravena), rutenya jadi lebih pendek. Nggak ada proses penyerapan, jadi obatnya langsung masuk ke aliran darah :). Makanya langsung berefek.
Tapi beda lagi kalau suntiknya ke dalam otot atau ke bawah kulit, itu nggak secepat suntik intravena :).
LikeLike
Duh ke bawah kulit itu sakit banget 😥
LikeLike
Wahhh keren Ami. Suka konsepmu. Saya nantikan sekarang setiap Senin.
LikeLike
Makasih, Mas Ryan. Semoga isinya bermanfaat 🙂
LikeLiked by 1 person
Sangat bermanfaat Ami. Jarang yang kyk gini
LikeLiked by 1 person
harus dibeliin pesawat nih obatnya biar cepet nyampe tujuan hehe
LikeLike
Haha, ide yang bagus, Mas Ferdy. Sayangnya, si obat takut terbang, maunya pakai jalur darat aja 😀
LikeLike