Bismillahirrahmaanirrahiim…
Kutandai waktu karena manusia telah melakukannya sejak dahulu kala. Mulai dari mengira pergantian musim hingga paham bahwa waktu hanyalah nisbi semata. Mulai dari belajar membaca bayang-bayang di bawah surya hingga membaca angka pada layar dioda pengemisi cahaya. Mereka berlomba-lomba mencipta skala, mulai dari yang paling renik hingga paling raksasa. Namun, bagiku tanda pada waktu itu hanya untuk tujuan sederhana. Hanya agar kutahu kapan aku harus bangun, kapan aku harus bekerja. Kapan aku harus bergegas dan kapan aku bisa berleha-leha.
Kutandai waktu tak ubahnya musafir yang memperkirakan jarak perjalanan yang sedang ditempuhnya. Maka waktu yang bertanda akan membantuku untuk mempersiapkan bekal untuk perjalanan esok, lusa, dan seterusnya. Agar tak kuhadapi hari tanpa kelaparan karena kekurangan makan, tanpa dahaga karena kekurangan tirta. Kutandai waktu agar kutahu kapan harus berjalan dan kapan harus melepas penat, kapan harus berdiam dan kapan harus beranjak.
Kutandai waktu karena kutahu ia tak pernah bergerak dalam lintasan sirkular, tetapi linear. Tak akan kembali ke titik yang sama tetapi terus melaju tanpa sekalipun menoleh ke belakang. Tak mengepungku dalam lingkaran tak berujung, tetapi sekejap meninggalkanku ketika diriku awas maupun lengah. Maka dengan menandai waktu aku berharap bisa menyamai langkahnya. Ya, hanya menyamai karena waktu bergerak begitu cepat. Tak akan mampu kukejar, mustahil pula untuk disusul.
Kutandai waktu karena aku sungguh hanyalah manusia lemah yang terbatas kemampuannya. Tak mampu ingat segala, acap takluk oleh khilaf dan lupa. Aku butuh tanda untuk mengingatkanku akan segala rencana yang belum menjadi nyata. Aku butuh tanda agar aku senantiasa terjaga untuk berkarya alih-alih terus menunda. Aku butuh tanda agar aku tahu bahwa kesempatan jua memiliki masa kadaluwarsa.
Kutandai waktu agar bisa kulihat jejakku di masa lalu lewat kaca spion tak kasat mata bernama kenangan. Agar mampu kuketahui apa saja yang pernah ada dalam genggaman tangan. Agar dapat kuambil pelajaran dari setiap kesia-siaan yang mewujud dalam penyesalan. Tak ubahnya spion sungguhan, aku hanya akan melakukannya sesekali. Karena ada pedal dan setir yang harus kukendalikan untuk saat ini. Karena masih ada jalan panjang yang terbentang bernama masa depan.
—
Twitter: @aminocte
e-mail: ami.sienvis@gmail.com
Nice Ami.
Moga menang ya.
LikeLiked by 1 person
Makasih Mas Ryan, semoga ada rejekiku di giveaway ini 😀
LikeLiked by 1 person
Amin.
LikeLike
Wuawuawua… terima kasih Ami, terima kasih banyak :huhu *jadi terharu banget*.
Saya teruskan postingan ini ke dua teman saya yang lain ya :hehe.
Sekali lagi, terima kasih! Saya izin follow akun twitternya ya :hehe.
LikeLiked by 1 person
Waah, justru aku yang musti berterima kasih pada Bli Gara. Siip, silakan, Bli. Terima kasih juga sudah sudi mem-folback 🙂
LikeLiked by 1 person
Sama-sama :))
LikeLiked by 1 person
Bagus nih, semoga berhasil Ami!
LikeLiked by 1 person
Terima kasih Umami 🙂 ayo ikutan juga
LikeLiked by 1 person
*on thinking* 💡
LikeLike
Ami, .. pilihan kata2nya indah
good luck ya
LikeLike
Makasih, Mbak Monda 🙂
LikeLike
nyontek ah buat ikutan 😀
LikeLike
Sugoi…. 😀
LikeLike
Iie, madamada desu 🙂
LikeLike
Halah. Nggak usah merendah
LikeLike
😀
LikeLiked by 1 person
Masya Alloh keren banget ahahah *jiper
LikeLike
Aih, Mbak Nad jangan begitu dong *jadi malu*.
LikeLike
Memang bagus tau, Mbak..kata-katanya indah tapi make sense 🙂
LikeLike
Hihi, makasih Mbak Nad, semoga bisa dikembangkan lagi :).
LikeLike
good luck, amy… ^^
LikeLike
Makasih Mbak 🙂
LikeLike
Semoga menang ya, Amiii 😀
LikeLike