Bismillaahirrahmaanirrahiim…
Apa yang dulu kita nilai sebagai sesuatu yang salah,
musti dihindari
patut dijauhi
layak diabaikan
Mungkin suatu saat akan hadir dalam bentuk yang lain,
dalam sosok yang manis bermata sendu
jiwa raganya lelah
tak tahu harus berbuat apa
tak tahu musti berjalan ke mana.
Lalu haruskah kita menutup mata,
menganggapnya sebagai pengemis simpati belaka?
Bukankah setiap perkara ada sebabnya?
Bukankah setiap persoalan ada jawabannya?
Haruskah kita memberi cap dengan tergesa-gesa?
Lalu abai dengan ia yang datang mengiba?
Bukittinggi, 08102015 00.51
Jangan, Mi. Pikirkan sekali lagi. (buat jawab pertanyaan terakhir) 😛
LikeLiked by 1 person
Siaap, memang itu jawabannya 😀 makasih, Umami 🙂
LikeLiked by 1 person
Anytime Ami 🙂
LikeLike
koq Bukit Tingginya di coret?
LikeLike
Itu plesetan, Mbak. Rumah saya di luar kota Bukittinggi, jadi sering disebut Bukittinggi coret 😀
LikeLike
Superb…
Anyway, Bukittinggi coret nya belum coret coret kali laaah… Coret dikit aja. Lagian simpang nya rame kok, tidak seperti simpang daerah coret umumnya 😉
LikeLike
Jadi coretnya tiga huruf aja, Da? 😀
LikeLike
Ami pa kabar?
Jeritan hati inikah? Hahaha
LikeLike
Baik, Mbak Mikan. Biasa, curcol2 sesaat, Mbak. Sekali-sekali butuh ‘pelampiasan’ hehe 😀
LikeLiked by 1 person
Wajar kok Mi 😁 sangat manusiawi. I do it too from time to time hahaha
LikeLiked by 1 person